Covid-19 memang memberi dampak besar bagi kehidupan kita semua. Sebagian orang berkurang penghasilannya, bahkan sebagian lagi harus rela kehilangan pekerjaan karena sepi orderan atau terkena PHK. Kegiatan kampus dan sekolah ditiadakan, durasi pekerja kantoran juga sangat diminimalisir.

Sekarang, kesehatan dan keselamatanlah yang utama. Kerugian akibat Covid-19 ini nggak main-main, lho. Sejak mulai terdeksi akhir tahun 2019, hingga saat ini, korban Covid-19 masih terus bertambah, angka kematian juga semakin tinggi, meski tingkat kesembuhan juga mulai meningkat.

Virus yang menyebar sangat cepat melalui droplet orang yang positif ini belum ditemukan vaksinnya. Namun kamu tetap bisa melakukan tindakan pencegahan. Salah satunya adalah dengan mengurangi semaksimal mungkin kontak fisik dengan orang lain. Kalaupun harus bertemu, menurut WHO kamu bisa menjaga jarak minimal 1 meter, untuk menghindari percikan droplet dari orang lain.

Tradisi Mudik

Nah, bagaimana dengan mudik? Mudik di Indonesia sendiri sudah sangat melekat dan membudaya. Ketika Ramadhan akan berakhir, jalan-jalan mulai dipadati oleh pemudik, baik mereka yang menggunakan kendaraan pribadi mapun transportasi umum. Saat lebaran adalah saatnya kita pulang ke kampung halaman. Menjenguk sanak saudara jauh, silaturahim ke tetangga-tetangga, hingga mengadakan open house bagi keluarga besar.

Kota-kota besar menjadi sepi saat lebaran tiba, dan banyak mobil bernomor polisi luar kota mulai memadati kota kecil serta pedesaan. Entah sudah berapa lama budaya ini terus dilestarikan. Rasanya sedih sekali kalau nggak bisa pulang kampung karena alasan tertentu.

Bahaya Mudik

Mudik dikala pandemi ini sangat beresiko. Apalagi buat kamu yang berasal dari zona merah. Mengutip dari CNBC Indonesia, Jusuf Kalla mengatakan bahwa jumlah pemudik tiap tahunnya sekitar 25 juta jiwa. Kamu bisa bayangkan, jika hanya 10% saja yang menjadi pemudik tahun ini dari total 25 juta jiwa, sudah ada sekitar 2,5 juta jiwa yang berpotensi menjadi carrier.

Belum lagi ditambah orang yang terkena kontak langsung dengan mereka seperti tukang parkir, satpam, dan petugas tiket. Jumlah ODP, PDP, dan pasien positif bisa jadi meningkat drastis.

Apalagi saat sampai di kampung halaman, kamu akan bertemu orang tuamu, nenek, kakek, yang karena usianya, imun mereka sudah tidak lagi sekuat dulu. Merekalah yang paling rentan terpapar virus dan mengalami resiko fatal karena imun yang lemah dan penyakit bawaan yang sudah diderita sebelumnya. Padahal mereka adalah orang yang paling kamu cintai. Mereka adalah alasan kamu mudik setiap tahunnya. Apa kamu tega? Selain itu, Jusuf Kalla juga menambahkan bahwa jika Covid-19 ini sudah menyebar ke pedesaan, ketahanan pangan akan terganggu.

Himbauan Pemerintah

Larangan mudik dari pemerintah memang tidak ada. Pemerintah hanya melakukan pelarangan mudik kepada beberapa aparatur negara seperti TNI, Polri, BUMN, BUMD, dan ASN. Sedangkan untuk masyarakat umum, pemerintah hanya menghimbau untuk tidak melakukan mudik.

Meski begitu, sebagai warga negara yang baik, dan anak yang sayang keluarga di kampung halaman, hendaknya kita semua sadar diri untuk tidak melakukan mudik dulu tahun ini. Keselamatan adalah yang utama.

Lagipula, dengan tidak mudik, bukan berarti kamu kehilangan momen kebahagian bersama keluarga. Kamu tetap bisa berbagi momen lebaran dengan chatting, dan video call. Apa gunanya teknologi kalau nggak bisa mengusir keterbatasan jarak dan waktu? Tetap semangat menyambut hari kemenangan, ya! Semoga kita semua masih diberi waktu untuk mudik di lebarang tahun depan.

Oleh : Shofiya Yusri Salma | Content Creator TRENKOTA.COM